02 Februari 2023

Perang Kerajaan Taman Lawang-Republik Rio

Perang Kerajaan Taman Lawang-Republik Rio adalah sebuah perang yang terjadi di daerah Taman Lawang dan Republik Rio. Kejadian ini hampir mirip dan berlangsung secara bersamaan dengan perang banci.

Latar belakang

Perang ini dipicu karena adanya operasi besar-besaran yang dilakukan Satpol PP Republik Rio di kawasan Taman Maluku, namun karena salah bawa kendaraan (asalnya membawa truk namun karena truk mereka divandal seorang banci, maka mereka membawa kendaraan lapis legit baja), para banci pun menyatakan perang terhadap Satpol PP Republik Rio. Pernyataan tersebut didengar oleh Amingwati di Taman Lawang.
Keesokan harinya, Amingwati berpidato kepada seluruh banci bahwa mereka menyatakan perang terhadap Satpol PP berikut pemerintah Republik Rio.

“Pengumuman pengumumin, eyke mau ngumumin, kite sudah sumpek liatin para tibum berkeliaran di tempat suci kita. Mereka semua jijay markijay, kayak lampu bajay.... Karena itu, eyke mau bilangin, kita umumkan perang terhadap musuh-musuh kita. Setubuh cyiiiiinnn.....”

~ Amingwati

Mendengar pernyataan tersebut, Super Presiden Republik Rio mengumumkan bahwa Republik Rio dalam keadaan perang.

“Saya selaku kepala desa Gunung Cihcir, eh salah, Presiden Republik Rio, dengan ini, menyatakan perang terhadap Kerajaan Taman Lawang dan sekutunya”

~ Super Presiden Republik Rio

Para banci juga ternyata menambah kekuatannya, yaitu dengan merekrut para anak-anak dari Ponpes Alamaaak (kini Rumah Kamasutra) dan para anggota Grup Hacker Taman Lawang, salah satu organisasi yang konon didukung dan didanai oleh Tolololpedia's Vandalism, Inc., salah satu organisasi yang di-blacklist oleh Tolololpedia. Alasan mereka ingin menyerang Republik Rio karena aksi grup ini dianggap meresahkan. Grup Hacker Taman Lawang yang ingin menginvasi situs-situs pemerintah sekaligus memasarkan produk-produk seperti kondom dan cangcut di situs-situs internet macam Tolololpedia justru dianggap sebagai perilaku vandalisme oleh pemerintah.

Proses Perang

Penyerangan markas Satpol PP

Pertama-tama para tentara Republik Rio menggerebek Perguruan banci taman lawang cabang Taman Maluku, namun Amingwati sudah menyiapkan pertahanan ketat yang berisikan 100 banci yang didatangkan langsung dari Taman Lawang, 50 banci setempat, 10 anak-anak Ponpes Alamaak, dan 20 anggota Grup Hacker Taman Lawang. Akhirnya Satpol PP dibantu TRR mencoba menguasai Taman Maluku, namun mereka malah ditarik mundur karena para banci mulai melempar kancut berbahan seng dan pisang raja, bukannya senjata api atapun benda tajam lainnya.
Akhirnya Satpol PP mundur dalam keadaan memprihatinkan karena sebagian anggotanya ditusbol oleh para banci, dan sisanya berubah menjadi lutung (karena dikutuk anak-anak Ponpes Alamaaak).

Setelah penyerangan tersebut, pada keesokan harinya Amingwati memerintahkan para tentara dari Taman Lawang untuk menyerang Kantor Pusat Satpol PP Republik Rio di kota Ciudad Rio. Serangan mereka sukses karena semua anggota Satpol PP di sana keracunan obat perangsang, dan dijadikan budak seks oleh mereka. Semua peralatan senjata disita pihak OGL dan dibawa kembali ke Taman Maluku dan Taman Lawang. Akibat embargo tersebut, para banci harus memakai kondom bekas untuk berperang melawan pemerintah yang berkuasa.
Super Presiden langsung bereaksi terhadap penyerangan ini. Ia memerintahkan untuk mengembargo semua kondom dan dildo dari luar negeri. Ia juga memerintahkan pasukan-pasukan TRR untuk bersiaga di seluruh penjuru Republik Rio dan mengirim sebagian tentara dari Qayyumnesia dan Tentara Kebibiran Tukulnesia untuk menjaga supaya negara ini tidak dikuasai para banci.
Pada hari selanjutnya, para tentara dari Qayyumnesia dan Tukulnesia didatangkan. Mereka bersama anggota Satpol PP yang tersisa dan TRR melakukan operasi besar-besaran yang dinamakan "Operasi Sapu Ijuk". Mereka gagal menemukan para banci yang berkeliaran dan operasi tersebut dianggap telah bocor, namun seorang tentara dari Tukulnesia menemukan sebuah tembok sebuah seksigoga yang divandal dengan tulisan "telur busuk", diduga ditulis oleh anak-anak Ponpes Alamaak dan seorang anggota OGL.
Di Republik Rio, kalimat tersebut dilarang keras diucapkan karena dianggap sederajat dengan kalimat jancuk, pantek, DOMPALA, dan ENTE BAHLUL. Lantas tulisan tersebut dihapus hanya dengan menggunakan air suci.

Penyerangan terhadap Istana Kemesincucian

Setelah puas menyerang markas Satpol PP, Amingwati kemudian merencanakan menyerang Istana Kemesincucian untuk mendapatakan kekuasaan yang lebih besar lagi. Setelah berkompromi dengan para banci di Tanjung Priuk, Amingwati setuju untuk mengirim mereka ke Republik Rio untuk menyerang istana tersebut.

Kemudian akhirnya terjadi perang besar-besaran di depan Istana Kemesincucian. Gedung tersebut dilempari dildo, kondom sisa, dan kulit pisang. Semua pasukan banci sedang asyik menghajar dan memperkosa petugas keamanan yang bekerja di sana. Setelah diperkosa, para petugas keamanan tersebut dikutuk menjadi kambing bandot oleh anak-anak Ponpes Alamaaak. Pasukan gabungan pun bersiap siaga di istana tersebut. Namun karena sebagian diantara pasukan OGL memakai ilmu sihir sebagai senjata, maka hampir sebagian tentara menjadi korban. Senjata yang mereka gunakan ternyata tidak mempan dan apabila berteriak "Ereccticotorra" tidak mempan juga.

Sebagian diantara mereka bahkan ada yang menjadi budak seks Amingwati dan ada yang berubah menjadi makhluk maho berwarna hijau. Dalam peristiwa ini, tidak ada korban di pihak OGL, namun di pihak TRR jumlah korban meningkat drastis menjadi 200 tentara. Akibat dari perang tersebut, kota tersebut dikuasai sepenuhnya oleh para banci dan Super Presiden harus kabur mengunakan helokopternya ke Villa Ghaida dan mengubah ibukota Republik Rio untuk sementara waktu menjadi Villa Ghaida. Melihat penyerangan tersebut Republik Rio menyatakan perang terhadap OGL dan semua banci di negara ini.

“Saya selaku Presiden Republik Rio, dengan ini, menyatakan perang terhadap semua banci yang ada di Republik Rio, karena telah membuat negeri ini sengsara maksimal....”

~ Super Presiden Republik Rio

Pendudukan Taman Maluku

Setelah mendengar pernyataan Super Presiden, Amingwati memerintahkan untuk menggulingkan kekuasaan pemerintah. Amingwati juga menerima bantuan penambahan pasukan dari Ezraelnesia, namun ditolak mentah-mentah. Sebagai gantinya pihak Ezraelnesia menawarkan doping dan senjata-senjata terkini yaitu pil biru, bom seks berkekuatan tinggi dan vibrator impor.

Super Presiden mendengar maksud Amingwati untuk melakukan kudeta secara diam-diam, maka dia memerintahkan semua jendral-jendralnya untuk menyerang Taman Maluku.Sebanyak 7000 TRR dan beberapa anggota Satpol PP yang tersisa menyerang Taman Maluku, namun Amingwati telah memerintahkan para banci untuk melindungi Taman Maluku dengan benteng yang dibuat dari kondom bekas dan juga ditambah pasukan banci kekar dari Tanjung Priok. Dan hasilnya diluar dugaan, para pasukan gabungan justru kalah dari pasukan OGL dan akhirnya Taman Maluku dikuasai sepenuhnya oleh para banci. Setelah sukses merebut kembali Taman Maluku, mereka bersiap-siap untuk menguasai daerah lain di Republik Rio seperti Villa Constitucion, Paris Van Java, Presidente Melody, Pueblo Azalia, dan Villa Ghaida.

Pendudukan kota-kota besar

Sesudah menguasai Ciudad Rio dan Taman Maluku, para tentara OGL tidak henti-hentinya meneror kota-kota penting di Republik Rio. Di Villa Constitucion, beberapa banci salon setempat direkrut tentara OGL dan melakukan pengrusakan tempat-tempat penting. Di kota Presidente Melody lebih parah lagi. Beberapa fasilitas milik pemerintah divandal dan beberapa pejabat pemerintah diserang "alat" nya secara rame-rame namun lembut oleh para banci. Lantas mereka merekrut para pejabat yang "alatnya" diserang itu untuk dijadikan tentara OGL.

Setelah puas memvandal dan mengacaukan negara, para banci pun memutuskan untuk menyerang Villa Ghaida, ibukota sementara Republik Rio.

Penyerangan pun berlanjut di kota Villa Ghaida. Pasukan gabungan TRR dan Satpol PP pun bersiaga di batas kota. Namun mereka malah kecolongan dan bahkan ditusbol oleh para tentara OGL sebelum melakukan penyerangan. Lantas mereka melakukan hal-hal seenaknya di kota tersebut. Tentara OGL pun mencari keberadaan Super Presiden di kota tersebut, namun menurut informasi dari intel, diketahui bahwa Super Presiden dan anggota kabinetnya telah meninggalkan kota menuju Kota Qayyum untuk berlindung, padahal sebenarnya si Super Presiden dan yang lainnya bersembunyi di sebuah gudang penyimpanan Miethuania.
Setelah pengumuman hilangnya Super Presiden, Amingwati, yang baru saja datang ke kota itu dengan menaiki burung blekok, berpidato kepada seluruh banci kemudian ia berbicara:

“Pengumuman pengumumin, pada hari indang eyke akan mengumumkan kepada iyey bahawa kita berhasil menggulingkan pemerintahan Super Presiden yang jijay markijay ini... Dengerin nih bo... hari indang, kami bangsa lekong yang imoet bingitssss menyatakan Republik Rio yang lemah selemah kiong, akan eyke gantikan namanya menjadi Republik Banci Rio.... Semua hal-hal yang berhubungan dengan kekuasaan di negara ini akan diberikan kepada Amingwati, oh bo itu nama gue!!!!! Sebagai pemimpin tertinggi negara ini, oops, udah selesai nih? udah ah eyke beranak dalam kubur dulu ah....”

~ Amingwati

Setelah pidato itu, semua lekong yang ada di sana bersukaria, sedangkan para Satpol PP dan tentara TRR hanya meratapi nasibnya. Mereka memutuskan untuk pulang dalam keadaan tidak mengenakkan. Mendengar berdirinya Republik Banci Rio, Super Presiden memerintahkan kepada bawahannya untuk membentuk pemerintahan darurat di kota Raffi, Qayyumpolitan. Kemudian Super Presiden dan bawahannya memutuskan untuk pergi ke tempat yang dimaksud, dengan menyamar sebagai rombongan sunatan massal.

Penyerangan Saritem

Satpol PP yang tersisa. Para banci pun terpaksa masuk kawasan Saritem dan mengumpulkan pasukan-pasukan hasil blusukan. Mereka merencanakan untuk pura-pura menyerah dan pergi ke Ciudad Rio pada malam hari dan menggunakan pesawat carteran hasil sogokan pejabat yang sudah diancam ditusbol dan helikopter curian dari sebuah stasiun televisi setempat. Tapi pada saat mereka kabur ke Ciudad Rio, mereka didatangi para PSK dan Tante Girang di Saritem:

“Siapa kalian!!!! Kalian masuk Saritem tanpa seizin kami!!!! Apa yang kalian inginkan????”

~ salah seorang dari PSK
“Aduh bo.... sesama wanita jangan saling bertengkarlah”

~ Pemimpin rombongan banci dari Villa Ghaida
“Dasar banci lu!!!! keluar sono!!!!”

~ PSK yang lagi kebasahan di sebuah kamar
“WOI!!! LU NANTANGIN GUA HAH?????”

~ Banci berotot kekar dari Tanjung Priok
“Ahhh, sama lekong aja takut...”

~ Penjaga ATM kondom
“SERANGGGGG....!!”

~ Amingwati

Akhirnya terjadi sebuah pertempuran antara para PSK Saritem dengan tentara OGL. Hasilnya seluruh penghuni Saritem ditusbol oleh tentara OGL, lalu kemudian dihipnotis oleh anak-anak Ponpes Alamaaak. Setelah salah satu pemimpin Saritem digilir rame-rame oleh anak-anak Ponpes Alamaaak, akhirnya tentara OGL kabur dari Saritem dan berhasil merekrut sebanyak 100 PSK Saritem yang sudah dihipnotis untuk dijadikan garda terdepan pasukan OGL. Sejak saat itu pamor Saritem perlahan menurun.

Kerjasama dengan Preman Cicaheum

bahkan menyodomi warga. Aksi ini sama sekali bertentangan dengan ideologi kemesincucian. Ingatlah saudara-saudara, Di langit yang biruoi dan bumi yang permukaannya mirip mesin cuci ini, Republik Rio terbentang luas, dan wilayah kekuasaan Republik Rio adalah wilayah sejauh mana paham kemesincucian, anti vandalisme dan.... anti banci Taman Lawang bisa menyebar luas... Terima jadi, eh salah, terima kasih...”

~ Super Presiden

Mundurnya Pasukan OGL

semua aset-aset yang mereka tinggalkan. Super Presiden beserta rombongannya pindah ke Ciudad Rio, sedangkan Amingwati sedang sibuk mencari markas OGl yang baru. Selagi pulang ke Republik Rio, ia memerintahkan sebagian tentara gabungan untuk pergi ke kantor pusat Kerajaan Taman Lawang dan berpura-pura menjadi banci. Meskipun pasukan OGL pada mundur, penyerangan banci terhadap Republik Rio masih belum selesai.

Berdirinya Kota Bences

Akhirnya Amingwati menemukan tempat yang bagus untuk dijadikan markas pusat OGL, mereka akhirnya pergi ke daerah Ciudad Azul dan merebutnya dari pasukan Satpol PP berseragam preman yang dicekoki obat perangsang. Merekapun mendirikan sebuah kota bernama Kota Bences dengan Amingwati sebagai walikota dan Tessy sebagai wakil walikota. Selain itu, Kota Bences juga dijadikan sebagai ibukota baru Republik Banci Sosialis Rio. Mendengar rencana Amingwati mendirikan kota baru, Super Presiden memerintahkan mengepung kota tersebut dan merebut kembali kota Ciudad Azul dari pasukan OGL.

Pendudukan Kerajaan Taman Lawang

Taman Lawang dan anak-anak Ponpes Alamaaak), tiba-tiba ia diteriaki maling oleh dua orang preman pengikut Jemaah Barneyisme yang memihak Kerajaan Taman Lawang, kemudian melarikan diri. Mereka pun menghilang dengan cara "menghilangkan diri" secara sekejap. Sialnya aksi mereka ketahuan oleh seorang anggota Jemaah Jamiliyah Mesin Cuci dan merekapun diteriaki mantra "Burung beta tembus" dan kedua preman tersebut berubah menjadi burung emprit. Alasan kedua preman tersebut menyebut Super Presiden maling karena ia dianggap mencuri kawasan daerah preman dan diganti menjadi area bebas setan. Mereka juga tidak menyukai Super Presiden karena suka sekali merazia preman, banci, dan pengemis setiap hari.

Republik Rio Direbut Kembali

karena sedang berwisata ke Filipina. Di pihak anak-anak Ponpes Alamaaak, 10 anak dikutuk menjadi coro, 8 dikutuk menjadi curut, dan 4 anak dikutuk menjadi tikus.

“IMMA FIRIN' MAH LAZAR!!!!!!!!”

~ Tentara TRR membaca mantra
“Mulannnnnnku Akbarkya!!!!!”

~ Jemaaah Jamliliyah kepada Banci
“Banjekra banjekra, banjekra banjekra.... Ada banci diejek sama negara.....”

~ Tentara TRR membaca mantra kepada banci
“Tikngesupresterbus.... tikngesupresterbus.... Ada tikus ngejek Super Presiden telur busuk....”

~ Tentara TRR membaca mantra kepada anak-anak Ponpes Alamaak
“Aaauuuwww.... Akika sakit pertiwi.... Aaaawwwww.... Terbaaaaannnggg.... Wonder Woman lah yau....”

~ Banci setelah dibacakan mantra dan dikejar tentara TRR
“Cit cit cit Amingwati.... cit cit cit... cit cit cit...”

~ Anak-anak Ponpes Alamaak setelah dibacakan mantra oleh seorang tentara TRR

dipakai pihak banci ternyata tidak ampuh dalam menghadapi serbuan senjata-senjata terkini kepunyaan tentara TRR. Jumlah korban perang di Kota Bences cukup banyak. Sebanyak 22 tentara TRR ditusbol, 11 dikebiri, 10 impoten, dan 5 orang mengalami luka di "alat"nya. Di pihak OGL, sebanyak 300 banci ditangkap dan dibawa ke Ciudad Rio untuk diadili dan semuanya dikebiri. Mendengar berita direbutnya kota Ciudad Rio di pihak TRR, Amingwati buru-buru pulang ke Republik Rio.

Munculnya Kontolro Mangkoksop

dengan sebutan "telur busuk". Ia pun mengendalikan kecepatan dan menghilang tanpa jejak dengan cara teleport. Sementara si bawahan presiden yang dihina tadi tidak bisa lari karena terpengaruh ilmu sihir yang dibawa Mangkoksop. Iapun segera melapor kepada Super Presiden. Disaat yang bersamaan seorang intel melapor kepada Super Presiden bahwa ada pihak ketiga yang menginginkan Republik Rio hancur dan memiliki rencana untuk menggulingkan pemerintah. Orang yang dimaksud itu bernama Kontolro Mangkoksop. Setelah mendengar pernyataan kedua orang tersebut, Super Presiden memutuskan untuk menggelar rapat darurat. Hasil dari rapat tersebut adalah Super Presiden menambah pasukan dari 20 negara dan tentara PBB (Persatuan Babu-babu), melakukan operasi Sapu Ijuk setiap hari, mengintensifkan penjagaan, dan pembelian panser keluaran terbaru buatan Jerman. Selain itu, penduduk diminta waspada dan mengungsi ke tempat-tempat yang tidak dijamah banci, bahkan kalau bisa, diungsikan ke Qayyumnesia.

Datangnya Kekuatan Tambahan

Pertahanan mati-matian dilakukan Satpol PP untuk mempertahankan aset berharga Ciudad Rio, namun karena banyaknya pasukan OGL (yang semuanya pada telanjang dan mengejar semua tentara TRR) akhirnya para tentara TRR mundur dan membuat baris pertahanan di batas kota. Jatuhnya sebagian Ciudad Rio menyebabkan pasukan udara OGL bisa merebut kapal-kapal milik TRR AU dan melakukan penyerbuan terhadap area pemukiman penduduk. Pasukan udara banci masih menguasai langit Ciudad Rio, hingga akhirnya Super Presiden meminta bantuan Tukulman untuk membantu menyerang Tentara OGL. Tukulman dibantu Latahir berhasil menyerang kembali tentara banci dan kota Ciudad Rio berangsur pulih. Disaat yang bersamaan, pusat Kerajaan Taman Lawang dikuasai tentara TRR.

Akhir perang

dibawa ke sebuah tempat eksekusi di daerah Presidente Melody dan iapun dieksekusi oleh rakyat dan para banci. Mereka menghakimi Mangkoksop dengan cara dirajam suku cadang mesin cuci berikut mesin cucinya dan ditembaki benda aneh seperti Antena Pemancar FM hingga berubah menjadi amoeba. Setelah kejadian tersebut pemerintah memutuskan membangun tempat khusus banci dan memberikan bantuan pekerjaan dan materi kepada para banci. Sedangkan Amingwati dipenjarakan selama 20 tahun karena menjadi penjahat perang, dan amoeba jelmaan Mangkoksop akan dikirim ke Dunia Gendeng sebagai binatang sirkus. Masyarakat Republik Rio pun berpesta setelah perang ini. Kerugian yang ditimbulkan akibat perang ini mencapai satu trilyun Peso Republik Rio.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar